BEING CALCULATIVE ???

Image

Yesaya 40:12 Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?

Satu malam, ketika saya baru saja pulang dari sebuah pelayanan yang cukup melelahkan, sehabis mandi dan siap-siap untuk tidur, seperti biasa anak-anak saya mendatangi saya dan minta diceritakan sebelum tidur tentang apa saja, atau hanya sekedar mengobrol bersama. Dan karena saya merasa sangat lelah, saya minta mereka untuk memijiti kaki saya. Jonathan anak saya yang besar langsung dengan semangat memijiti kaki kanan dan kiri saya, sementara yang kecil Jordan, malah mundur dengan alasan dia tidak tahu bagaimana melakukannya.

Sambil tertawa saya meminta dia untuk menaiki punggung saya, karena badan dia masih kecil jadi belum terlalu berat, enak sekali kalau dia memijit dengan cara itu. Tapi yang lucunya, ketika dia mau melakukannya tiba-tiba dia bertanya,’Mami...kalau aku injak punggung mami, berapa mami mau bayar aku?’ Saya tersenyum lalu menjawab...’Seribu limaratus, karena kamu masih pemula...’ tapi dia tanya lagi..’Kalau koko?’ ‘Hmmm...koko udah lebih enak pijatannya, jadi mami hitung duaribu limaratus...’jawabku sambil terus tersenyum geli...’Ooooo....asyiiiikkkk....nanti besok uang jajannya nambah ya...’katanya sambil dengan semangat naik ke punggung saya dan mulai memijat.

Tapi di tengah-tengah keasyikkannya saya berkata,’Nanti...kalau kamu mau tidur pakai bantal dan guling, bayar seribu yah....itu kan bantalnya mami yang beli...!!!’ Dan merekapun spontan sama-sama berteriak protes...’Iiiihh enak aja.....!!!!’ Saya tertawa terbahak-bahak...’Lhooo kok enak aja...iya kan, itu betul kalau mami yang beli bantalnya jadi artinya itu punya mami. Jadi kalau mau pakai bantal itu, bayar....’ Mereka berdua mengeluh.

‘Terus, kalau besok mau diantar pakai mobil ke sekolah, bayar juga tiga ribu...karena itu kan mobil mami..harus beli bensinnya kan? Jadi bayar. Nanti kalau mau sarapan..hmmm limaratus deh buat anak sendiri...’ dan terus aku memberikan harga untuk setiap hal yang biasa mereka pakai atau makan. Yang kesemuanya langsung diprotes oleh anak-anak saya. Saya tertawa-tawa sambil menikmati celoteh mereka yang tidak berhenti memijat.

Diakhir semuanya akhirnya Jonathan, anakku yang besar berkata,’Mami ga usah bayar pijatan koko...ini gratis...karena koko sayang sama mami...mami udah cape, semua juga buat koko...jadi ini gratis...’katanya lucu sambil menatapku dengan penuh sayang. Lalu dia memeluk saya dengan tak lupa memberikan ciuman pipi kiri kanan. Oh, anakku sayang.....anakku ini memang luar biasa. Dan Jordan pun akhirnya ikutan merelakan seribu limaratusnya dengan memelukku dan menciumku juga. Kami pun tertawa-tawa senang dengan percakapan kami tadi. Mereka membahasnya dan mereka bilang kalau mereka tidak akan pernah sanggup untuk membayar semua yang saya sebutkan tadi kalau seandainya memang harus dibayar. Malah mereka bisa berhutang banyak katanya. Hahahahahahaahaha....tentulah demikian adanya.

Tapi kisah tadi jadi mengingatkan hubungan kita dengan Bapa di surga. Saya berpikir dan merenungkannya, seringkali kita juga melakukannya tanpa sadar. Ya, apakah anda ingat bagaimana anda berdoa,’Tuhan...seandainya Tuhan jawab doaku ini, barulah aku akan melayaniMU?’ Atau bisa jadi isi doanya adalah ‘Tuhan...aku bersyukur di kala Engkau memberkati aku..’ tapi seringkali sesudahnya kita menghilang dan melupakan Dia yang memberkati itu.

Seringkali dalam kehidupan ini, kita membuat banyak perhitungan dengan Tuhan. Seakan-akan Tuhan sudah berhutang banyaaaaaaaaaaaaakkkkk sekali dalam hidup kita. Padahal kalau mau kita hitung dengan adil, sejujur-jujurnyalah bahwa hutang kitalah yang begitu banyaaaaaaaaaakkkk pada Tuhan, dan rasanya tidak akan sanggup kita membayarnya. Benarkan?

Coba saja seandainya Tuhan berkata,’Ayo nak...tiap tarikan nafasmu itu, engkau harus membayar Rp 5,- saja...’......engkau boleh hitung sudah berapa yang harus kamu bayar di sepanjang hidupmu itu. Dan kalau engkau di RS, engkau baru akan tahu betapa mahalnya harga oksigen itu. Wah, kalau selama ini Dia sudah memberikanmu gratis..itu pasti karena Dia sayang sekali kepadamu.

Persis seperti kisah kecil antara saya dengan anak-anak saya tadi, dengan dasar itulah mengapa saya melayani Tuhan. Karena saya menyayangi Dia. Buat Dia, saya tidak akan menyayangkan apapun untuk saya berikan, karena Dia pantas menerimanya, dan karena Dia sudah memberikan jauh lebih banyak dari apa yang bisa saya berikan hari ini. Saya tidak berani hitung-hitungan dengan Dia. Jangan sampai nanti Dia menghitung balik pada saya, dan akhirnya toh saya akan menyerah karena saya memang tidak sanggup untuk membayarnya. Kasihnya buat saya lebih dari apapun juga. Dia pantas untuk mendapatkan segala yang terbaik dari apa yang saya miliki.

Hari ini, saya mau mengingatkan anda untuk bisa melihat Tuhan dari satu sudut pandang yang baru. Jangan hitung-hitungan dengan Dia, karena engkau tidak akan sanggup membayar kekurangannya dari apa yang Dia sudah lakukan untukmu. Kalau keselamatan itu Dia berikan gratis, itu karena Dia tahu engkau tidak akan pernah sanggup membayarnya. Jadi..stop being calculative..and start giving all of your best....karena begitu engkau mulai memberikan yang terbaik, Dia akan memberikan yang terbaik juga untukmu. ‘Berilah maka engkau akan dberi....dengan sukacita’. Amin.

By : Ps. Sariwati Goenawan – IFGF GISI Bandung

Sumber: http://www.rotihidup.com


Bagikan artikel ini:
Bagikan artikel ini FacebookFacebook


Artikel Terkait :



0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Views