ADITYA – ANAK PANAH DI TANGAN TUHAN (2)

Mazmur 127:4 Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.

Melanjutkan kisah Aditya, ada beberapa peristiwa yang terjadi dalam hidupnya yang membuat saya semakin yakin kalau Allah punya rencana yang luar biasa melalui kehidupannya. Bahkan bisa dibilang bahwa dia bisa menjadi seorang motivator yang akan membantu banyak orang untuk bangkit dari sekedar menerima nasib dan keadaannya yang serba tidak sempurna, dan berubah menjadi orang yang tidak ada bedanya dengan mereka yang sempurna secara fisik, bahkan lebih dari mereka itu.

Ketika pertama kali ia diterima di universitas di Australia, dan mendapat sebuah tugas untuk membuat tulisan tentang dirinya, ia teringat dengan sebuah doa dari gembalanya yang menjadi rhema dalam hidupnya, bahwa dia akan menjadi seperti anak panah di tangan Tuhan. Dan kalimat itu pula yang ia masukkan ke dalam tulisan tentang dirinya. Dengan bahasa Inggris yang tersusun rapih, ia mendapat nilai yang sangat baik untuk tugasnya itu. Semua dosen-dosennya mengangkat jempol untuk setiap hasil kerjanya. Ia menunjukkan bahwa ia sangat bersemangat untuk bersekolah dan belajar di sana. Ia sama sekali tidak minta dibedakan dari anak-anak lainnya. Kecuali untuk beberapa bidang studi yang memang membutuhkan fisik, untuk semua bidang lain, ia menunjukkan prestasi yang sangat ekselen.

Begitu giatnya ia belajar sehingga seringkali ia lupa untuk menjaga tubuhnya. Pada suatu kali, di tengah-tengah kegiatan yang sangat padat untuk membuat tugas, ia jatuh sakit dan mengalami demam tinggi. Karena ia tinggal di sebuah kamar kos, di mana tetangga-tetangganya merupakan orang-orang yang sudah terpengaruh budaya bule, atau tepatnya mereka tidak terlalu punya rasa sosial yang tinggi, sehingga tidak terlalu memperdulikan lingkungannya, sehingga tidak ada yang tahu kalau ia sedang sakit parah. Ditambah dengan kondisi tubuhnya yang memang sulit untuk menggerakkan kakinya, sehingga tidak mudah bagi dia untuk menggerakkan tubuhnya yang lain dalam keadaan lemas seperti itu. Ia hanya bisa berbaring pasrah di atas tempat tidurnya.

Saking tidak bisa bergerak, ia juga sulit untuk mengambil minum dan mengambil handphonenya yang ia taruh di atas meja jauh dari tempat tidurnya itu. Lengkaplah sudah penderitaannya itu. Sakitnya semakin parah, membuat ia hanya bisa terdiam tak bergerak. Tanpa ia sadari, ia terbaring seperti itu selama beberapa hari. Tidak makan dan tidak minum, dan tidak ada yang tahu kondisinya itu sama sekali. Ia hanya bisa berdoa dalam hatinya, menantikan mukjizat dari Tuhan supaya pertolongan bisa datang, walau ia sendiri tidak yakin bagaimana caranya Tuhan akan menolong dia.

Pada hari yang ketiga, keadaannya sudah semakin kritis. Tubuhnya benar-benar dehidrasi. Ia sudah merasakan ada yang menjemputnya dalam kondisi sadar tidak sadar. Ia sudah berhalusinasi. Dalam bayangannya ia melihat beberapa sosok menjemputnya. Tapi kemudian, ia tahu ada yang mencoba mendobrak pintu kamarnya. BRUK....BRUK...BRUK...BRUK....dan entah bagaimana caranya, ia mendengar suara seorang teman dekatnya memanggil namanya. Selebihnya ia sudah tidak tahu apa yang terjadi. Ia sudah terlalu lemas untuk mendengar semuanya.

Ia baru tahu beberapa hari kemudian ketika ia ada di rumah sakit, bahwa ketika itu temannya memang datang mencarinya karena merasa khawatir akan ketidakhadirannya selama beberapa hari di kelasnya. Dan temannya itu datang berniat mencari tahu, tapi karena pintu tidak dibuka setelah sekian lama ia mengetuk, maka ia mengerti bahwa sesuatu yang gawat pasti telah terjadi. Karena itu ia mencoba mendobrak pintunya, dan sangat terkejut ketika melihat ia terbaring lemas dengan wajah sudah agak membiru karena kekurangan makanan dan dehidrasi yang parah.

Temannya itu langsung mencari pertolongan dari beberapa orang untuk mengusahakan ambulans membawa dia ke rumah sakit yang terdekat. Dan baru setelah beberapa waktu ia sadar, ia tahu apa yang telah terjadi. Para dokter mengatakan bahwa ia dibawa tepat pada waktunya, jika saja terlambat beberapa jam lagi, pasti ia sudah pulang ke rumah Bapa. Pertolongan Tuhan memang tidak pernah terlambat bagi orang-orang yang mengasihi Dia.

Pengalamannya ini membuat dia lebih lagi mengasihi Tuhan. Ia tahu tidak ada satupun dalam hidupnya yang akan luput dari pengawasan Tuhan. God Almighty. Kisahnya ini juga membuat saya terkagum-kagum akan kebaikan Tuhan. Bayangkan saja, apa yang akan terjadi seandainya Tuhan tidak campur tangan.

Saya percaya sekali kalau temannya ini memang dikirim Tuhan untuk menjadi pertolongan bagi Adit. Pasti bukan kebetulan kalau dia mencari Adit. Budaya di sana sudah mengubahkan banyak orang untuk tidak terlalu perduli pada lingkungannya, tapi kenapa pada hari itu Tuhan menaruh keinginan padanya untuk mencari tahu soal Adit. Pasti bukan kebetulan. Tuhan memang memerintahkan temannya untuk menolong Adit dengan cara ini. Saya yakin sekali itu yang terjadi.

Orang tuanya baru bisa berangkat setelah beberapa hari dia di Rumah Sakit, karena jarak Indonesia Australia tentu membutuhkan waktu untuk masalah keberangkatannya ini. Ketika mereka tiba di sana, Adit memang masih di RS tapi kondisinya sudah jauh lebih baik. Mereka sangat berterimakasih pada temannya ini. Mereka bersyukur kepada Tuhan untuk pertolonganNya yang luar biasa. Melalui pertistiwa ini, mereka dapat melihat lebih jelas kebaikan Tuhan yang mereka sembah selama ini.

Bukan Adit namanya kalau ia menjadi putus asa atau jera hanya gara-gara peristiwa tersebut. Ia sama sekali tidak memilih untuk pulang ke rumahnya. Ia tetap ingin melanjutkan kuliahnya di negeri kangguru itu. Ia tidak merasa trauma dan tidak kehilangan keberaniannya untuk terus di sana. Malah ia semakin merasakan perlindungan Tuhan, dan ia merasa aman.

Setelah peristiwa itu lewat, ia kembali bersekolah. Hanya saja, kini ia pindah kos. Ia pindah ke sebuah rumah untuk home-stay di sana. Ia kos di sebuah rumah di tengah-tengah sebuah keluarga yang baru saja mereka kenal. Tapi paling tidak, kini ada sebuah keluarga yang bisa mengawasinya kalau sampai terjadi hal yang emergency sifatnya.

Kenyataannya, peristiwa tersebut tidak menjadi satu-satunya yang terjadi. Justru gara-gara dia mengalami dehidrasi yang parah waktu kejadian itu, menyebabkan ia mengalami gangguan pada fungsi ginjalnya. Kini dideteksi ada pengkristalan yang terjadi, dan lebih hebatnya lagi, pengkristalan itu mengganggu jalannya air seni yang seharusnya keluar dari ginjal dan dibuang melalui kandung kemih. Dan para dokter mengatakan kalau ia harus dioperasi.

Keadaan emergency terulang ketika pada satu hari, karena terlalu asyik mengerjakan tugas, ia mengalami keracunan makanan gara-gara ia memakan sushi yang ia beli waktu paginya, dan ia makan pada malamnya. Rupanya jenis makanan yang satu ini tidak tahan sampai malam sehingga menjadi basi. Dan karena kondisi tubuhnya yang masih lemah sehingga ia tidak tahan terhadap makanan basi ini. Sekali lagi ia mengalami demam tinggi, dan kembali di bawa ke rumah sakit. Dan diagnosa para dokter, selain keracunan makanan, ia juga mengalami pengkristalan tadi.

Sekali lagi ia mengalami saat kritis, tapi sekali lagi juga ia mendapatkan pertolongan Tuhan. Sekali lagi ia merasakan kebaikan Tuhan, sekali lagi ia melihat bahwa Tuhan tidak pernah terlambat. Apa yang ia alami ke dua kalinya ini membuat ia semakin yakin akan keberadaan Tuhan dan segala kebaikannya.

Bukan saja ia tertolong dari keracunan makanan itu, tapi ia juga tertolong tidak perlu dioperasi besar, karena ternyata kristal yang tadinya menyumbat air seninya itu telah bergerak sehingga tidak perlu dilakukan operasi besar. Hanya cukup melakukan satu tindakan endoskopi dengan memasukkan alat seperti selang kecil ke tubuhnya melalui lubang kecil yang dibuat di tubuhnya, dilakukan penghancuran kristal tersebut, dan dia pun dapat diselamatkan. Puji Nama Tuhan. Sekali lagi Allah itu memang Yehovah Rapha, Allah yang menyembuhkan.

Segala kemuliaan bagi nama Tuhan. Ia tidak pernah meninggalkan anak-anakNya di manapun dan kapanpun. Penyertaan Tuhan inilah yang membuat Adit tetap bertahan di Australia melanjutkan sekolahnya. Ia tidak mengeluh dan tidak minta diperlakukan berbeda. Ia menikmati keberadaannya di sana. Ia bersyukur karena kebaikan Tuhan yang luar biasa. Ia tahu Allahnya dapat diandalkan.

Saya percaya kesaksiannya ini belum berakhir. Masih ada banyak hal yang bisa ia bagikan buat kita. Satu hari nanti ia pasti akan menuliskannya untuk kita semua bagaimana pertolongan Tuhan ia rasakan dan ia dapatkan. Kesemuanya ini terjadi karena benar berlaku apa yang dituliskan dalam Roma 8 : 28 bahwa sungguh Tuhan ikut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia, kita yang terpanggil sesuai dengan rencanaNya. Amin.

By : Ps. Sariwati Goenawan – IFGF GISI Bandung

Sumber: http://www.rotihidup.com


Bagikan artikel ini:
Bagikan artikel ini FacebookFacebook


Artikel Terkait :



0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Views